Senin, 25 April 2016

Candi Sukuh : Simbol Menuju Kesempurnaan

Candi Sukuh : Simbol Menuju Kesempurnaan


Candi Sukuh terletak di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Berada di lereng barat Gunung Lawu pada 910m dpl, membuat komplek tersebut memiliki pemandangan indah.



Komplek Candi Sukuh ditemukan kembali pada tahun 1815 oleh Residen Surakarta, Johnson. Van der Vlis pada tahun 1842 melanjutkan studi mengenai Candi Sukuh dan memuatnya dalam sebuah buku berjudul Prove Eener Beschrijten op Soekoeh en Tjeto. Tahun 1864-1867 Hoopermans menulis buku berjudul Hindoe Oudheiden van Java. Inventarisasi di Candi Sukuh dilakukan oleh Verboek tahun 1889 dilanjutkan oleh Knebel pada tahun 1910. Peneliti lndonesia yang tertarik pada Komplek Candi Sukuh antara lain Ph. Soebroto, Riboet Darmosutopo, Y. Padmopuspito, dan Harry Truman Simanjuntak. 
Deskripsi Bangunan

Komplek Candi Sukuh didirikan pada abad ke-15 M, pada masa pemerintahan Suhita, ratu Majapahit yang memerintah tahun 1429-1446.  Komplek candi menghadap ke barat dengan susunan halaman terdiri dari tiga teras atau halaman. Ketiga teras tersebut melambangkan tingkatan menuju kesempurnaan. Relief yang terdapat di komplek tersebut juga melambangkan ketiga dunia, yaitu dunia bawah dilambangkan dengan relief Bima Suci; dunia tengah dilambangkan dengan relief Ramayana, Garudeya, dan Sudhamala; dunia atas dilambangkan dengan relief Swargarohanaparwa. Penggambaran ketiga dunia pada relief-relief tersebut menunjukkan tahapan yang harus dilalui manusia untuk mencapai nirwana.

Secara keseluruhan pola halaman dan penggambaran relief merupakan simbol menuju keabadian atau kesempurnaan yang diwujudkan melalui upacara keagamaan atau ruwat, yaitu sebagai sarana untuk menaikkan derajat seseorang kepada tingkatan yang lebih suci, yaitu hilangnya mala dari dalam diri atau moksa. 

Halaman I
Merupakan teras paling bawah, berbentuk persegi dan terdapat gapura masuk. Halaman ini merupakan bagian profan, dimana peziarah diingatkan pada kehidupan yang tidak mudah. Kesulitan dalam hidup disebabkan oleh melekatnya mala dalam diri manusia, pahatan relief Garudeya merupakan salah satu cara mengingatkan betapa sulitnya kehidupan.

Halaman II
Berbentuk huruf  L dan terdapat gapura yang lebih kecil. Halaman ini merupakan bagian semi sacral, dimana peziarah disadarkan untuk menghilangkan kesulitan hidup dengan melakukan upacara penyucian dengan menggunakan air suci atau amrta. Adanya relief pande besi melambangkan hal ini, karena pada masyarakat Jawa Kuno golongan ini memiliki status khusus yang dianggap mempunyai kekuatan magis yang dapat memberikan air suci atau amrta.

Halaman III

Berbentuk persegi dan merupakan bangunan sakral dimana terdapat bangunan utama dan relief-relief.  Memasuki halaman ini para peziarah telah mencapai kesempurnaan hidup atau terbebas dari mala, suasana pembebasan disimbulkan dengan relief Sudhamala. 


Arkeolog Dr. Riboet Darmosoetopo berpose bersama petugas BPCB Jawa Tengah di Candi Sukuh



Tidak ada komentar:

Posting Komentar